Rabu, 26 September 2007

Setetes Madu


Saat itu baginda raja sedang duduk santai mendengar lelucon perdana menterinya. Di sampingnya ada meja yang terhidang beraneka macam buah serta makanan lainnya. Begitu lucunya lelucon perdana menteri hingga baginda raja tertawa tergelak-gelak dan tak sadar tangannya menyenggol piala berisi madu di atas meja. Piala berisi madu tersebut terguling, dan setetes madu terpercik di lantai.

Dengan segera perdana menteri mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka tetesan madu tersebut. Namun raja tidak kalah cepat untuk menahannya. “Jangan perdana menteriku,” sabda baginda raja. “Pekerjaan itu terlalu hina bagimu. Biarkan saja, nanti pembantu istana yang membersihkannya. Sekarang lanjutkan saja ceritamu yang menggembirakan itu.”

Perdana menteri kemudian melanjutkan ceritanya, dan mereka berdua segera lupa akan setetes madu yang terpercik di lantai. Sesaat kemudian terbanglah seekor lalat mendekat ke arah meja. Lalat hinggap di lantai, dan menghisap dengan nikmat setetes madu yang jatuh. Kedatangan lalat diintip seekor cicak yang kemudian keluar dari persembunyiannya untuk menyantap lalat. Tetapi malang, gerak gerik cicak terlihat oleh seekor kucing yang sedang bermain di dekat meja.

Tanpa tawar lagi, si kucing menyergap cicak dan memakannya. Ketika sedang nikmatnya si kucing menyantap lalat, datanglah seekor anjing yang segera menyalak menghardik si kucing. Tak ayal lagi terjadilah kejar-kejaran hingga keluar istana antara kedua hewan yang terkenal musuh bebuyutan tersebut.

Suasana menjadi hiruk pikuk oleh suara desisan kucing dan salakan anjing. Wanita pemilik kucing yang melihat kejadian tersebut segera memukul si anjing dengan tongkat kayu. Perbuatan tersebut dilihat oleh seorang wanita yang kebetulan pemilik anjing tersebut.

Pecahlah pertengkaran antara kedua wanita itu. Pertengkarannya sangat ramai hingga suami keduanya merasa perlu turut campur yang akhirnya mengakibatkan perkelahian antara dua keluarga. Paman! Ayah berkelahi dengan tetangga, bantulah.” anak-anak kedua keluarga itu saling memanggil familinya.

Famili kedua keluarga tersebut berdatangan guna memberi bantuan. Perkelahian makin meluas berubah menjadi perang dua famili dan pengikut-pengikutnya. Jalanan menjadi kacau. Hingga akhirnya kabar tersebut sampai ke telinga baginda raja. Baginda raja mengutus barisan pengawal kerajaan untuk membubarkan perkelahian tersebut.

Barisan pengawal berusaha meleraikan, tapi usaha mereka nihil, bahkan beberapa pengawal terluka oleh senjata yang digunakan dalam perkelahian. Akhirnya barisan pengawal menghunuskan tombak sebagai usaha meleraikannya. Kejadian tersebut sangat mengejutkan rakyat. Bangkitlah kemarahan rakyat.

Orang-orang yang tadinya berperang segera bersatu. Mereka sepakat untuk melawan raja yang dianggapnya zhalim tersebut. Bersama-samalah mereka menyerang istana. Terjadilah perang besar-besaran guna memberontak kezhaliman raja. Hingga akhir cerita sang baginda raja digulingkan dari tahtanya dan dipenjarakan atas kehendak rakyatnya sendiri.

Kisah tersebut adalah sebuah dongeng dari Birma. Memang ceritanya terdengar sedikit absurd, akan tetapi ada hal penting yang patut kita jadikan hikmah. Hal penting tersebut tak lain adalah kepekaan kita untuk tidak menunda suatu perbuatan baik, dan tidak menganggap suatu masalah kecil yang remeh dapat kita tinggalkan.

Seperti dongeng tersebut, masalah begitu kecil yang ditinggalkan ternyata dapat menjadi “bom waktu” yang suatu saat dapat meledak dan membahayakan diri kita sendiri. Sama halnya dengan menunda suatu perbuatan baik. Logikanya, suatu perbuatan baik, tentu akan dibalas dengan perbuatan baik pula. Walaupun hal itu tidak dibalas oleh manusia yang bersangkutan, pastinya Tuhan telah mencatat poin khusus bagi perbuatan kita. Berhubung masih dalam suasana Ramadhan nih, apa salahnya sih kita segera menyelesaikan masalah-masalah kecil kita, dan menyegerakan pelaksanaan niat baik yang mungkin sudah lama tertunda. Semoga bermanfaat ^^

Jumat, 21 September 2007

Sang Raja Mencari Lapar


Alkisah pada masa lampau ada sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang tamak dan lalim. Sang raja sangat menyukai makanan, itu sebabnya di kerajaannya, dipekerjakanlah ratusan koki yang harus selalu siap menyediakan makanan yang menggugah selera sang Raja. Entah mengapa, suatu hari sang Raja merasa sangat bosan akan makanan yang disediakan untuknya, padahal berbagai jenis makanan yang dihidangkan untuk sang Raja selalu berbeda dari hari ke hari. Oleh karena itu diadakanlah sebuah sayembara.

Sayembara tersebut diperuntukkan bagi seluruh rakyat di negerinya. Barang siapa yang mampu membuat makanan yang menggugah selera sang raja, dia akan diberi hadiah seribu koin emas, akan tetapi bagi siapa yang gagal, akan dipenggal kepalanya. Puluhan orang berbondong-bondong mengikuti sayembara tersebut dengan harapan membawa pulang seribu koin emas. Tapi apa yang terjadi, tak ada satu pun yang berhasil memuaskan sang Raja. Hingga suatu ketika datanglah seorang pengelana ke negeri tersebut.

Mendengar kabar tentang sayembara tersebut, sang Pengelana merasa benci kepada sang Raja sekaligus tertantang untuk mengikutinya. Penuh kepercayaan diri, sang Pengelana mendatangi raja. Dengan muka penuh kebosanan sang Raja bertanya “Apa yang kau bawa untukku?”. Sang Pengelana menjawab “Bakmi bawang spesial terlezat di dunia”. Sang Raja pun mencicipinya, sesaat terdiam... kemudian berkata “Pengawal, cepat penggal kepala si pembohong ini!”. Sang Pengelana buru-buru menyela perintah sang Raja “Ampuni saya paduka, saya tidak berbohong, memang benar ini makanan terenak di dunia. Hal yang membuat paduka tidak merasakannya karena paduka belum bertemu “sang Lapar””. “Sang lapar?” sahut sang Raja. “Dimana aku bisa menemuinya?” kata sang Raja penuh keheranan. “Dia tidak berada di negeri ini, oleh karena itu paduka harus ikut dengan saya mencari sang lapar. Tapi ada syaratnya, paduka harus sendirian tanpa ditemani kuda, pengawal maupun dayang kerajaan” jawab sang Pengelana. “Baik, aku akan ikut denganmu” kata sang Raja kembali. Kemudian berangkatlah mereka berdua menjelajah mencari sang Lapar.

Hampir seminggu perjalanan, ketika itu bekal makanan yang disiapkan kerajaan sudah habis. Raja jatuh terduduk, dan berteriak “Aku sudah tidak kuat lagi, dimana sang Lapar itu?”. “Dengan muka berseri-seri sang Pengelana menjawab, “Kita sudah menemukannya paduka” “Mohon tunggu sebentar, saya akan menyiapkan makanan terakhir sebagai rasa syukur karena kita telah menemukan sang Lapar sebelum kita kembali ke negeri paduka” sahut sang Pengelana. Sang Pengelana kemudian menghidangkan mangkuk yang berisi makanan ke hadapan sang Raja. “Amboi...sangat sedap masakan ini, apa yang kau berikan padaku?” tanya sang Raja. Dengan penuh hormat sang pengelana menjawab “Yang dimakan paduka adalah “bakmi bawang spesial terlezat di dunia””. Bukan main terkejutnya sang Raja. Sejak saat itu dia menyadari kesalahannya dan sang Pengelana yang cerdik serta beruntung itu diberi imbalan seribu koin emas.

Kawan-kawan, dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah yang berguna sebagai pelajaran hidup. Acap kali kita meremehkan hal-hal yang dengan mudah kita terima. Sering terlupa oleh kita untuk mensyukurinya dan menjaganya dengan hal-hal yang baik. Makanan, uang, serta hal-hal “kecil” lain yang bagi sebagian dari kita mudah untuk mendapatkannya, kadang kurang dihargai oleh kita (khususnya saya sendiri :p). Mungkin hal itu ya, yang menyebabkan seseorang yang mengalami kegagalan berkali-kali terlebih dulu yang akan meraih sukses untuk waktu yang lama. Pernah saya menonton acara “Oprah” mengenai orang-orang yang kaya mendadak, tapi ternyata miskinnya secara mendadak pula. Lho, loh...kok topiknya jadi meluas nih? :p mohon maaf ya, bila saya salah mengartikan maksud dari cerita yang saya sampaikan. Kritik, saran dan komentar sangat terbuka dengan luas.^^

Rabu, 19 September 2007

Bagaimana “Dia” dapat melakukannya?


Suatu ketika, saat Rasulullah berdiri di hadapan orang banyak untuk ber-orasi, Laqith bin Amir berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang engkau ketahui tentang ilmu gaib?”, ... Beliau berkata, “Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. (Yaitu) diantaranya adalah ilmu tentang kematian; Allah mengetahui kapan seseorang mati, namun kalian tidak mengetahuinya. Selanjutnya adalah ilmu tentang sperma ketika ia sedang berada di dalam rahim; Dia mengetahuinya, namun kalian tidak mengetahuinya. Lalu pengetahuan tentang apa yang akan terjadi esok; Dia mengetahui apa yang akan kalian makan esok hari, sedangkan kalian tidak mengetahuinya. Kemudian pengetahuan tentang hari hujan; Dia mengawasi kalian ketika kalian tengah mengharapkan belas kasihan (agar hujan segera turun). Dia tersenyum karena Dia mengetahui hujan akan segera turun. Selanjutnya (yang terakhir) adalah pengetahuan tentang hari kiamat. Kalian akan hidup di dunia sesuai waktu yang telah ditentukan, hingga terompet Sangkakala ditiup. Demi Tuhanmu, tiada satu pun yang ada di permukaan bumi ini yang tidak akan mati. ...

Kemudian Laqith bin Amir berkata lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah mengumpulkan (tubuh) kami ketika itu setelah tubuh kami dicerai-beraikan angin, bencana, atau dimakan binatang buas?”

Beliau menjawab, “Aku akan menjelaskannya kepadamu dengan ayat-ayat Allah (fenomena alam). Misalnya engkau sedang berjalan-jalan di atas tanah yang kering dan tandus. Kemudian engkau mengatakan bahwa tanah tersebut selamanya takkan pernah hidup (subur). Lalu Allah mengutus langit (untuk menurunkan hujan) kepadamu. Selang beberapa hari ketika engkau melewati tanah tersebut, ternyata tanah itu telah dipenuhi pepohonan yang hijau. Demi Allah, sungguh Dia lebih mampu untuk menghimpun kalian daripada air yang dapat menghimpun tetumbuhan di atas bumi ini...

Laqith bin Amir berkata lagi, “Bagaimana itu bisa terjadi, padahal kami terdiri dari seantero jagat sedangkan Allah hanya satu? Bagaimana Dia melihat kami dan kami melihat-Nya?”

Rasulullah kemudian berkata, “Aku akan menjelaskannya dengan menggunakan ayat-ayat Allah. Matahari dan bulan adalah ayat Allah yang kecil. Kalian dapat melihat keduanya, dan keduanya juga dapat melihat kalian. Saat melihat keduanya, kalian tidak saling berbenturan satu sama lain.”...

-Orasi yang disampaikan Rasulullah SAW, pada tahun 9 Hijrah, ketika utusan Banu Munthafiq datang menemui beliau-

Senin, 17 September 2007

Berinvestasi melalui hubungan sosial


Pada zaman dahulu di sebuah kota yang bernama Tao di Cina (sekarang Zibo, provinsi Shandong) ada seorang pengusaha perhiasan yang bernama Tiancai. Suatu hari Tiancai diundang oleh sahabatnya untuk menghadiri pesta perkawinan putrinya. Tiancai berpikir bahwa untuk datang ke acara tersebut sangat membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Oleh karena itu dia mengutus Xiaocai putranya untuk pergi ke acara tersebut dengan titipan hadiah sekadarnya yaitu anting giok yang tidak diminati pelanggan.

Keesokan harinya, Tiancai bertemu dengan Fan li seorang pengusaha yang terkenal akan "prinsip-prinsip manajemen Bisnis Tao Zhugong” nya. Fan li bertanya mengapa Tiancai tidak datang pada waktu itu? Dengan basa basi Tiancai mengatakan dirinya sibuk. Kemudian Fan Li kembali mengundang Tiancai untuk datang pada acara pengumpulan dana bagi korban banjir di desa tetangga. Tiancai berkata bahwa datang ke acara tersebut sangat menyia-yiakan dan tidak ada keuntungan yang dapat diperoleh baginya. Mendengar ucapan rekannya itu, Fan li sangat terkejut, dan mencoba menasihati Tiancai dengan berkata bahwa “Selain karena alasan pertemanan dan kemanusiaan, datang ke tempat-tempat tersebut akan membuka kesempatan untuk memperluas kenalan yang akan memberi dampak baik bagi perkembangan bisnis. Pebisnis seharusnya menyumbang masyarakat dan bukan hanya memikirkan bagaimana mencari keuntungan.”

Kisah si Tiancai tersebut kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi kita, bahwa pebisnis pelit akan mendatangkan gambaran yang tidak menyenangkan tentang dirinya dan akan dihindari orang. Ada nasihat bagus sekali yang pernah saya terima bunyinya seperti ini “Lakukan lah segala hal sesukamu dan sekehendakmu, tapi jangan salah kan orang lain yang juga menilai dirimu sesukanya dan sekehendaknya” semoga bermanfaat ^^

Umar Salah dan Wanita Itu Benar


Pada suatu hari, khalifah Umar bin Khatahab r.a. berkhutbah, “Jangan memberikan emas kawin lebih dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya, maka kelebihannya akan kuserahkan ke Baitul Mal.”

Dengan berani, seorang wanita menjawab, “Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh Umar? Bukankah Allah berfirman, “...sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari dia barang sedikit pun...” (an-Nisa':20).

Umar berkata, “Benar apa yang dikatakan wanita itu dan Umar salah.”

kawan-kawan yang membaca blog ini, betapa mengagumkan bukan apabila terdapat seorang pemimpin seperti Umar? Mengakui suatu kesalahan yang diperbuat tak kan menjatuhkan wibawa seseorang. Hal ini bahkan merupakan salah satu contoh keadilan yang pada waktu itu dilakukan oleh seorang pemimpin muslim.

Minggu, 16 September 2007

Great jump!


Dikisahkan ada seekor kodok yang tuli, suatu ketika si kodok tuli jatuh terperosok di lubang yang dalam. Kawanan kodok yang mengetahui kejadian tersebut langsung berkerumun disekitar TKP ^^. Nun di kedalaman lubang tersebut terlihat si kodok tuli tengah melompat-lompat berusaha keluar. Kawanan kodok yang menyaksikan hal tersebut tertawa terbahak-bahak, setiap lompatan yang dilakukan si kodok tuli disambut dengan sorak sorai riuh penuh ejekan, bagi kawanan kodok keluar dari lubang tersebut adalah hal yang MUSTAHIL.

Dari kedalaman lubang, si kodok tuli melihat teman-temannya berteriak-teriak, Maha besar Allah yang menjadikan dia tuli. Karena ketuliannya, dia mengira teriakan teman-temannya adalah sumbangan semangat untuknya.

Adalah keajaiban dari suatu dukungan dan semangat yang menjadikan lompatan si kodok tuli terus bertambah tinggi, hingga di kesekian lompatan dia BERHASIL keluar dari lubang, mewujudkan hal yang dikira MUSTAHIL.

Kisah si kodok tuli sangat menyentuh bagi saya. Karena dalam kehidupan ini, kita, khususnya saya pribadi pernah mengalami saat-saat jatuh seperti si kodok tuli. Begitu banyaknya cemoohan yang saya andaikan sebagai dukungan. Akan tetapi sesungguhnya dukungan yang benar-benar tulus diberikan adalah hal yang tidak ternilai harganya bagi orang-orang yang pernah merasakan nikmatnya kegagalan. Oleh karena itu perlu kiranya pemikiran sepuluh, seratus atau ribuan kali untuk mencela impian dan harapan seseorang terutama orang-orang yang terdekat dalam kehidupan kita.

(Ps: untuk seseorang yang kukagumi, terimakasih karena dukungan dan semangat yang dikhususkan untukku, dan maaf jika aku kerap khilaf berlaku layaknya sekawanan kodok yang mengejek)

Sang alkemis modern


Pernah membaca novel “Sang Alkemis” ? Dalam novel tersebut diceritakan bahwa pada masa yang lampau para alkemis (ahli kimia) berusaha untuk mengubah segala macam logam menjadi emas. Bagaimanapun usaha mereka tapi tak ada yang berhasil melakukannya. “Sang alkemis” tokoh di dalam novel tersebut mengungkapkan sebuah alasan kenapa para alkemis tidak dapat melakukannya “Mereka hanya mencari emas. Mereka mencari harta dalam legenda pribadi mereka tanpa benar-benar menginginkan menjadi legenda pribadi itu”.

Dalam sebuah buku yang lain, (“Rich Dad Prophecy”) , ayah kaya mengatakan, para alkemis dan tidak seorang pun pernah berhasil mengubah benda apapun menjadi emas, akan tetapi orang-orang berhasil menciptakan sesuatu yang lebih berharga daripada emas, yaitu ASET! Para alkemis zaman modern mengubah uang, sumber-sumber, atau ide-ide menjadi kekayaan lewat aset. Pemikiran ayah kaya ternyata sejalan dengan alasan sang alkemis, bahwa seorang alkemis sejati tujuannya tidak hanya berhenti setelah mendapat harta. Menurut ayah kaya, “Dunia ini dipenuhi alkemis maupun orang-orang tolol. Orang-orang tolol mengubah uang kas menjadi sampah, dan alkemis mengubah sampah menjadi uang kas.”

Hal ini dapat diperjelas, bahwa alkemis menginvestasikan uang dari bisnis kembali ke bisnis, dan orang tolol yang disebut ayah kaya menginvestasikan uang dari bisnisnya untuk misalnya, mobil mewah yang kita pasti merasa keren bila berkendara di dalammya >.< Alkemis atau orang tolol kah kita ini? Selamat menjadi legenda pribadi ^^!


Roman Ibu


Saya mengenal lagi seorang ibu yang hebat selain mama saya yang bercita-cita menjadi pengusaha. Kami berdua cukup akrab (menurut penerawangan saya >.<), sehingga timbul rasa sayang di dalam hati ini. Suatu hari ibu yang hebat bercerita, setelah menikah tak ada yang setampan almarhum suaminya, tak ada yang segagah beliau, dan beliau adalah yang terbaik. Kurenungi kalimat itu baik-baik. Alangkah indahnya bentuk kesetiaan.

Saya menjadi teringat kisah “Pangeran Kecil” . Judul asli bukunya “Le Petit Prince”. Pangeran kecil dari planet B 612 berkelana ke planet-planet lain. Tak luput juga dia mengunjungi bumi yang menurut sang geografer memiliki reputasi bagus. Ada kisah yang menurut saya mempesona saat pangeran kecil berdialog dengan rubah yang telah dijinakkannya. Pangeran kecil mempunyai setangkai bunga mawar yang tumbuh di planetnya yang sangat kecil. Dia mengira mawarnya itu hanya satu-satunya di dunia. Tapi ketika tiba di bumi terkejut bukan main si pangeran kecil karena ia menjumpai lima ribu mawar dalam satu kebun yang persis sama dengan mawarnya. Kembali pada dialog pangeran kecil dengan si rubah, rubahnya mengatakan “ Pergilah lihat mawar-mawar itu lagi. Kau akan mengerti bahwa, bagaimanapun juga mawarmu unik di dunia ini...”.

Pangeran kecil kemudian pergi melihat, “Kalian sama sekali tidak seperti mawarku” katanya kepada mereka “Kalian tidak berarti apa-apa. Tak seorang pun menjinakkan kalian, dan kalian juga tidak menjinakkan siapapun. Kalian seperti rubahku sebelum ini. Waktu itu dia hanya sekadar rubah, seperti seratus ribu rubah lainnya. Tetapi aku membuatnya menjadi temanku, dan sekarang dia unik di dunia ini.”

“Kalian cantik sekali, tetapi kalian hampa.”

“Tak ada orang yang bersedia mati untuk kalian. Tentu saja, orang yang sekadar lewat akan mengira mawarku sama persis seperti kalian. Tetapi mawarku walaupun cuma setangkai jauh lebih berarti dari kalian semua, karena dialah yang kusirami. Karena dialah yang kututup dengan kubah kaca. Karena dialah yang kulindungi dengan tabir. Karena dialah yang ulat-ulatnya kubunuh (kecuali dua atau tiga yang kami biarkan hidup agar menjadi kupu-kupu). Karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh atau menyombongkan diri, atau ketika dia cuma membisu. Karena dia mawarku.”

Setelah itu si rubah memberikan suatu rahasia “Kau hanya bisa melihat jelas dengan hatimu. Hal yang penting tak terlihat oleh mata.”

“Waktu yang kau habiskan untuk mawarmu lah yang membuat mawarmu begitu penting.”

“manusia sudah melupakan kebenaran ini,”

“Tetapi kau tak boleh lupa. Kau harus bertanggung jawab, selamanya, atas apa yang telah kau jinakkan. Kau bertanggung jawab atas mawarmu.”

Ibu yang hebat, saya merasakan kasih sayang yang kau punya untuk almarhum suamimu, setelah tiga puluh tahun lebih hidup bersama. Tak lain, karena saat ini saya mulai merasakan kasih sayang yang unik itu tumbuh, terus tumbuh dan tak tergantikan.

Warisan mata dan mulut


Alangkah beruntungnya saya mewarisi mata yang mirip dengan mata mama (ibu kandung saya). Karena saya juga memilikinya sepasang, saya tahu persis kapan beliau sedih, gembira, dan marah. Lewat sorotan matanya mama sudah cukup berbicara banyak. Alangkah beruntungnya saya mewarisi lesungan senyum semirip yang ada pada papa (ayah kandung saya). Dengan begitu saya tahu persis ekspresinya saat sedih, gembira dan marah. Segala puji bagi Allah yang memberi saya karunia sedemikian bagusnya. Masalahnya, acap kali saya yang sombong lupa bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki maksud dan tujuan. Sudah selayaknya ketika beliau berdua terlihat sedih saya menghiburnya, ketika mereka bergembira saya ikut tersenyum, dan ketika marah saya tidak menambah beban keduanya. Hal-hal seperti itu kadang terlupa oleh saya, atau bahkan saya merasa tidak perlu mengingatnya. (Aku yang menyayangi mama-papa sedalam-dalamnya)

Ceritanya...


Saya ingat betul mama saya pernah bercerita tentang keinginannya untuk menjadi pengusaha. Impian dan ambisinya beliau dengungkan waktu itu. Dasar takdir, mama berjodoh dengan papa, seorang pelayan negara dan masyarakat yang loyal. Jadilah hingga saat ini keduanya terjebak dalam rutinitas kegiatan pelayanan yang mengharapkan imbalan.

Setali tiga uang dengan mama, saya ternyata mewarisi bakat menjadi pengusaha :D karier pertama saya dimulai dengan berjualan es alpukat buatan sendiri. Senang rasanya menanti pembeli, dan menghitung-hitung laba yang akan diperoleh. Akan tetapi ketika petang menjelang, ada sosok pembeli yang lekat di hati, papa saya sendiri. Tak tangung-tangung diborong habis dagangan saya kala itu. Bukan main sedih saya dibuatnya, karena papa kemudian menasihati agar waktu saya harus digunakan untuk belajar geografi, fisika, matematika, sejarah, bahasa dan lain sebagainya. Maka begitulah, debut pertama saya sebagai pengusaha harus berakhir saja kala itu.

Tapi rupanya Tuhan berkehendak lain, diberinya saya teman yang kelak akan menjadi suami kaya saya :) lewat dirinya saya mengenal nama-nama seperti Robert T Kiyosaki, Warren Buffett, Tung desem Waringin, Pa' Haji alay sampai Pa' Roni, Pa' Hantiar juga mba Waru... (Salute for TDA...)

Orang yang akan menjadi suami kaya saya, seolah menjungkir balikan saja semua pemikiran saya tentang seisi dunia ini. Tentang diri kita yang berperan penting dalam menentukan kehidupan kita sendiri. Visi dan misi harus lah dibuat dan menjadi akar kuat bagi pohon harapan kita, dan sebagainya...

Hasil dari pemahaman itu semua, ketika saya siap bercita-cita mulia untuk menjadi kaya, maka yang saya kumpulkan sebanyaknya adalah kecakapan finansial saya. Kecakapan pendidikan formal yang ditanamkan papa “toh” ternyata hanya bermakna sampai saat hari wisuda saya dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Papa sangat puas akan gelar sarjana saya. Seolah jika peta hidup saya gantungkan pada papa maka habis sudah, tamat riwayat.

Tulisan ini adalah impian, harapan, dan ambisi saya... FIGHT....OH! BE A RICH MOM !

Salam kenal

Salam kenal ! ^_^ Nama saya Paramita Suri. Saya terlahir dari seorang mama yang hebat tapi tidak cukup kaya, oleh karena itu saya memberi judul blog ini “becoming a rich mom”.

Disaat nanti ketika saya telah menjadi mom yang hebat dan kaya, anak lelaki saya akan mencari seorang istri yang jauh lebih hebat dan kaya dari mom-nya, dan bila saya diberi anugerah anak perempuan, dia akan belajar dari setiap kebaikan dan kesalahan yang saya perbuat.

Selasa, 11 September 2007

akhirnya...^_^

Hehe...keren juga ya punya blog >.<